Bagaimana?
Ya. Bagaimana tanyaku
Pilihan mana yang jadi pilihanku
Atau malah pilihan itu yang memilihku?
Bagaimana sebenarnya hidup ini ada?
Hanya saja aku ingin tanyakan tanpa belenggu
Seiring detik terus bergulir
Bukankah kita tidak pernah berhenti bertanya?
Mengapa?
Ya. Mengapa tanyaku
Kalau kita ada untuk akhirnya kembali ke tanah dan laut
Kalau di balik kedipan mata telah lama hidup ini ditentukan
Kalau ada pemilik dari seluruh rahasia semesta
Hanya saja aku ingin ungkapkan tanpa malu
Selama bumi kamu injak
Pernahkah tanyamu
Siapa dirimu sebenarnya?
Bukan maksudku menyinggung Tuhan
Hanya saja aku ingin tanyakan tanpa belenggu
Apakah kamu ingin biarkan celah itu membuatmu retak?
Ataukah kamu memilih untuk menutupinya?
Sekali lagi membiarkannya diam
seiring detik yang terus bergulir
Showing posts with label Poems. Show all posts
Showing posts with label Poems. Show all posts
21 June 2013
17 January 2013
Nyanyian Semalam
Semalam aku menyapa hujan
Ataukah hujan yang menyambutku?
Entahlah. Seketika itu aku terhenyak di bawah kehangatan selimut
Semalam aku menghampiri petir
Ataukah petir yang menghampiriku?
Entahlah. Yang terasa hanya serpihan kesenangan sebelum aku tidur
Lelapku bercerita kalau semalam mereka bernyanyi untukku
Nyanyian yang sama sekali tidak merdu buat mereka
Tatkala Ibukota acuh pada syahdunya hujan
Lelapku bercerita kalau pagi tadi mereka masih bernyanyi
Nyanyian yang mengantarkan rindu akan hati nurani
Tatkala Ibukota telah lupa diri
Andai ruang di antara gedung-gedung itu diasuh oleh cinta
Andai di tiap sudut kota tertulis "CINTAI AKU"
Mungkin Ibukota akan menyambut ramah tiap hujan berkunjung
Mungkin Ibukota masih teduh di bawah hati yang syahdu
Semoga warga Jakarta tidak selalu mengutuk banjir, yang sebenarnya merupakan hasil ulah mereka sendiri. Kutuklah kebiasaan-kebiasan merusak lingkungan. Jangan biarkan Ibukota tenggelam dan manusia-manusia busuk hidup di dalamnya. #saveJakarta
Ataukah hujan yang menyambutku?
Entahlah. Seketika itu aku terhenyak di bawah kehangatan selimut
Semalam aku menghampiri petir
Ataukah petir yang menghampiriku?
Entahlah. Yang terasa hanya serpihan kesenangan sebelum aku tidur
Lelapku bercerita kalau semalam mereka bernyanyi untukku
Nyanyian yang sama sekali tidak merdu buat mereka
Tatkala Ibukota acuh pada syahdunya hujan
Lelapku bercerita kalau pagi tadi mereka masih bernyanyi
Nyanyian yang mengantarkan rindu akan hati nurani
Tatkala Ibukota telah lupa diri
Andai ruang di antara gedung-gedung itu diasuh oleh cinta
Andai di tiap sudut kota tertulis "CINTAI AKU"
Mungkin Ibukota akan menyambut ramah tiap hujan berkunjung
Mungkin Ibukota masih teduh di bawah hati yang syahdu
Semoga warga Jakarta tidak selalu mengutuk banjir, yang sebenarnya merupakan hasil ulah mereka sendiri. Kutuklah kebiasaan-kebiasan merusak lingkungan. Jangan biarkan Ibukota tenggelam dan manusia-manusia busuk hidup di dalamnya. #saveJakarta
22 August 2010
Batas Horizon
Matahari berganti bulan
Bulan berganti matahari
Menapaki tanah
Memikul beban
Hujan berganti terik
Terik berganti hujan
menapaki tanah
Sambil bermimpi
Sungai berganti hutan
Hutan berganti sungai
Menapaki tanah
Hingga waktunya kembali
It's the latest poem I made. About how man should keep on with his journey whatever the reason, whenever the time, wherever he goes, until God calls him home.
Bulan berganti matahari
Menapaki tanah
Memikul beban
Hujan berganti terik
Terik berganti hujan
menapaki tanah
Sambil bermimpi
Sungai berganti hutan
Hutan berganti sungai
Menapaki tanah
Hingga waktunya kembali
It's the latest poem I made. About how man should keep on with his journey whatever the reason, whenever the time, wherever he goes, until God calls him home.
27 July 2009
Pagi menjelang berganti hari, tiap jejak itu terasa mendekat
Bukan dengan ini
Bukan pula dengan berpisah
Menuai mimpi itu cita kita, memberi harapan pada yang ada
Kenangan kita menjuntai walau lilin menyala terang
Kemarin saat lembayung, belum lagi bulan purnama
Bukan maksudku mencuri hati namun ingatkah pertama kali?
Kaki melangkah seiring sang surya
Jejak itu masih di sana menjaga hati yang dicuri
Menjadi saksi abadi
Bukan maksudku menghenti waktu namun ingatkah kenangan dulu?
Permainan tawa, keajaiban sahabat
Masih terdengar isak tangismu
Menjaga segala emosi
Bukan maksudku untuk menjauh namun percayakah akan petunjuk?
Bahwa esok dan kemdian segalanya fana
Sekalipun manis, berlipat kali pahitnya
Pagi menjelang berganti hari
Tak kusangka dengan ini
Tak kusangka akan berpisah
Bukan dengan ini
Bukan pula dengan berpisah
Menuai mimpi itu cita kita, memberi harapan pada yang ada
Kenangan kita menjuntai walau lilin menyala terang
Kemarin saat lembayung, belum lagi bulan purnama
Bukan maksudku mencuri hati namun ingatkah pertama kali?
Kaki melangkah seiring sang surya
Jejak itu masih di sana menjaga hati yang dicuri
Menjadi saksi abadi
Bukan maksudku menghenti waktu namun ingatkah kenangan dulu?
Permainan tawa, keajaiban sahabat
Masih terdengar isak tangismu
Menjaga segala emosi
Bukan maksudku untuk menjauh namun percayakah akan petunjuk?
Bahwa esok dan kemdian segalanya fana
Sekalipun manis, berlipat kali pahitnya
Pagi menjelang berganti hari
Tak kusangka dengan ini
Tak kusangka akan berpisah
Puisi ini gue bikin bareng Riris.
Lima baris pertama buatan dia dan karena katanya dia udah mentok,
jadi sisanya gue semua yang bikin sampe akhir.
Dan sampe sekarang belom kepikiran apa judulnya........
Lima baris pertama buatan dia dan karena katanya dia udah mentok,
jadi sisanya gue semua yang bikin sampe akhir.
Dan sampe sekarang belom kepikiran apa judulnya........
11 May 2009
Buku Kelabu
satu dari kami gugur, tapi tak tumbuh seribu
tertembak mati
mati dalam pelukan sang surya
buku harian kembali kelabu
satu lagi dari kami gugur, tapi tak tumbuh seribu satu
disiksa habis
teraniaya dibawah naungan bulan
buku harian kembali kelabu
satu lagi dari kami gugur, tapi tak tumbuh seribu dua
ditimpa tekanan
hanyut gila di atas lautnya
buku harian kembali kelabu
satu per satu kami gugur, tapi tak tumbuh bangsa kami ini
terpuruk dan terperosok
merdeka pun hanya merah putih belaka
sampai kapan buku harian terus kembali kelabu?
Written on January 4, 2009
Posted today :)
PS : This is one of my favorite poems that I wrote myself. There's more!
tertembak mati
mati dalam pelukan sang surya
buku harian kembali kelabu
satu lagi dari kami gugur, tapi tak tumbuh seribu satu
disiksa habis
teraniaya dibawah naungan bulan
buku harian kembali kelabu
satu lagi dari kami gugur, tapi tak tumbuh seribu dua
ditimpa tekanan
hanyut gila di atas lautnya
buku harian kembali kelabu
satu per satu kami gugur, tapi tak tumbuh bangsa kami ini
terpuruk dan terperosok
merdeka pun hanya merah putih belaka
sampai kapan buku harian terus kembali kelabu?
Written on January 4, 2009
Posted today :)
PS : This is one of my favorite poems that I wrote myself. There's more!
Start
'What did just happen?
Sky is red all of a suddenYet we are in somewhat burden
Waiting for sky to be lightened
What was it ringing?
I thought I was dreaming
Then awaken by the strike of lightning
We knew the troops are still fighting
What did you just say?
Let me make people stay
Keeping the danger away
Oh please don't you sway
What is it now I see?
Sun shines bright as it always be
Reflected by the surface of the sea
We find the start of our new journey'
Written on December 28, 2009
Posted today :)
Subscribe to:
Posts (Atom)